BAB II
KEBANGGAAN
Di suatu malam yang hening ini, kutemukan kedamaian setelah penat. kedamaian hakiki dimana tidak banyak jiwa-jiwa manusia yang masih tersadar.
ditemani lampu kota aku bertanya dalam semu, siapa aku sebenarnya? apakah aku orang yang terlahir berbeda dengan keunikan warnaku sendiri, atau orang yang terlena akan dosa sampai-sampai merasa bahwa dosa yang selama ini kunikmati adalah jalan terbaik dalam hidupku.
empat tahun sudah kujalani semua ini, sebuah hal yang dimataku terasa seperti cinta, namun dirasa aib dimata orang lain.
bersamanya aku jalani hari-hari bertabur canda, tangis, tawa, teriakan, amarah.
hari-hari yang bertabur kepalsuan untuk terlihat normal dimata khalayak. sebuah minoritas yang bersembunyi di dalam bias dan berusaha seolah-olah terlihat mayor.
di sebuah kost-kostan kecil kami memulai segalanya, saling melengkapi tanpa pernah