Jumat, 19 Mei 2017

BAB II

KEBANGGAAN

Di suatu malam yang hening ini, kutemukan kedamaian setelah penat. kedamaian hakiki dimana tidak banyak jiwa-jiwa manusia yang masih tersadar.

ditemani lampu kota aku bertanya dalam semu, siapa aku sebenarnya? apakah aku orang yang terlahir berbeda dengan keunikan warnaku sendiri, atau orang yang terlena akan dosa sampai-sampai merasa bahwa dosa yang selama ini kunikmati adalah jalan terbaik dalam hidupku.

empat tahun sudah kujalani semua ini, sebuah hal yang dimataku terasa seperti cinta, namun dirasa aib dimata orang lain.
bersamanya aku jalani hari-hari bertabur canda, tangis, tawa, teriakan, amarah.
hari-hari yang bertabur kepalsuan untuk terlihat normal dimata khalayak. sebuah minoritas yang bersembunyi di dalam bias dan berusaha seolah-olah terlihat mayor.

di sebuah kost-kostan kecil kami memulai segalanya, saling melengkapi tanpa pernah



Jumat, 31 Juli 2015

soul

BAB 1


HITAM DAN PUTIH

Mungkin ini terdengar asing di telinga masyarakat, dimana sebuah hitam dan putih saling bersatu membentuk suatu kesatuan nyata yang saling menjaga keseimbangan tanpa memandang sebelah mata.

inilah kisah ku, seorang anak yang lahir ditahun 1993, yang tak pernah berhenti belajar bagaimana caranya menjadi sesosok makhluk yang diterima dunia tanpa harus mengikuti arus jaman yang terlalu berbelit-belit.
aku dilahirkan di sebuah ibu kota besar tempat hiruk pikuk keramaian bercampur aduk, yang saat ini kita sebut JAKARTA.

Hidup di tengah hiruk pikuk seperti ini membuat aku terkadang merasa jenuh di tengah keramaian, entah kenapa sedari kecil aku selalu memandang dunia dari sudut pandang yang berbeda.
bagiku jahat dan baik bukanlah sebuah hal yg benar atau salah.
melainkan sebuah komponen yang saling menciptakan keharmonisan satu sama lainnya.

Karena pada dasarnya tuhan menciptakan kegelapan bukan karena suatu kesalahan, melainkan berdasarkan skenario yang terencana.
tuhan tau bahwa cahaya takkan membangun apapun tanpa adanya kegelapan, begitu pula sebaliknya.

di sisi lain contohnya kita merasa bangga akan diri kita yang terlahir sebagai katakanlah makhluk yang paling sempurna, yah seperti yang kita tahu.
sebenarnya kesempurnaan itu hanya sebuah ilusi yang terlihat sangat nyata.
hal yang kita tidak tahu adalah, terlahir sebagai manusia bukanlah sebuah kebanggaan, melainkan sebuah pilihan yang dapat menjadikan derajat kita lebih tinggi dari sosok malaikat, atau lebih rendah dari iblis.